Rabu, 11 Desember 2013

aku kembali ke tuhan tanggal 5 desember 2013

tepat hari ini aku tak berhubungan cinta lagi dengan wanita
tak ada status jomblo karena ku kemudian memutuskan untuk berkekasih kembali dengan tuhan
memang aku sudah banyak melakukan dosa dengannya sampai saat inipun
jadi tolong bukakan pintu maafmu
tuhan terimalah jiwa dan hatiku kembali

NOL KOMA

bukan bermaksud untuk menipu
dalam sebuah sandiwara
semua ada karena cinta

malam kita berkelakar
menyusuri canda tawa
walaupun emosi janganlah terluka

huu hu hu malam semakin larut
huu hu hu nol koma tetaplah bergerak
huu hu hu walaupun keringat bercucuran
huu hu hu janganlah kau lupakan kenangan indah ini

hari hari kita lalui
bersama membangun sebuah cerita
semua tercatat dalam diary

malam kita meneriakkan
senandung lagu persahabatan
walaupunkan berpisah jangan kau lupakan

Selasa, 23 April 2013

suara cahaya

ku dengar suara berisik saat kau menerobos lubang2 kecil papan lapuk
dentuman keras saat kau bertabrakan dengan debu2 yg racuni aku di ruang kosong ini
ternyata debu2 itu yg selalu beri kesesatan dan racuni aku dengan khayalan palsu

lalu kau berbisik lagi
iqra' iqra' iqra'
tapi aku hanya bisa bilang tidak bisa
karena aku buta
terlalu lama terpenjara oleh nafsu syetan dan kejahiliyahan
kemudian kaupun menuntunku
memapahku
dipaksanya aku untuk berdiri
untuk memeluk suara cahaya yg menyentuh sukmaku
setelah itu yang kulihat sekarang hanya cerah..........


Jumat, 19 April 2013

Bala tentara MARA menyerang Pertapa Gautama di bawah pohon Bodhi


Lalitavistara, dinding timur, Panel 12
Bala tentara MARA menyerang Pertapa Gautama di bawah pohon Bodhi

            Borobudur sebagai salah satu warisan dunia yang berasal dari Indonesia memiliki misteri yang menarik untuk diungkap.  Misteri itu terpahat indah dalam relief-relief yang terpahat di dinding-dinding Candi Borobudur. Salah satu cara agar kita mampu memahami carita dalam pahatan leluhur kita itu adalah dengan melakukan PKL yang telah dilakukan pada hari sabtu, 10 November 2012.
Relief-relief tersebut merupakan sebuah komik kuno yang menceritakan perjalanan hidup Sang Budha Sidharta Gautama. Dari sekian relief yang terpahat di dinding Candi Borobudur terdapat beberapa relief yang menarik dan beberapa diantaranya masih belum bisa dijelaskan isi ceritanya oleh para ahli. Di saat menelusuri kisah Sidharta Gautama terdapat satu relief yang menarik, Relief  tersebut berada di dinding timur panel ke-12 dan termasuk dalam Lalitavistara. Jika dilihat sekilas terdapat relief  Sang Budha yang sedang bertapa dan dikelilingi oleh banyak orang. Berikut kisah yang terdapat dalam  relief  tersebut:

Di dalam perjuanganNya yang luar biasa untuk mencapai Penerangan sem-purna. Bodhisatva Siddhartha yang sedang duduk bermeditasi di bawah pohon Bo-dhi di Bodhgaya, dengan tekad yang amat kuat, untuk tidak akan bangun dari tem-pat dudukNya sebelum memperoleh Penerangan Sempurna dan mencapai Nibbana, datanglah  Mara (mahluk halus atau penggoda)  yang bermaksud menghalang-ha-langi Bodhisatva memperoleh Penerangan Sempurna. Mara muncul dengan diser-tai oleh bala tentaranya yang amat besar, bermaksud  menyerang Bodhisatva Sid-dhartha. Balatentara Mara yang amat mengerikan ini mengelilingi Bodhisatva, da-ri depan sejauh dua belas yojana 1), dari belakang sejauh dua belas yojana, dari kiri dan kanan selebar sembilan yojana.
             Mara sendiri membawa seribu senjata yang amat berbahaya dan duduk me
-nunggangi Gajah Girimekhala yang amat besar dengan tinggi seratus lima puluh yojana. Diikuti dengan bala tentaranya yang berwajah amat menyeramkan, mereka semuanya membawa senjata dengan meraung menakutkan, siap menyerang Bodhi-satva Siddhartha. Pada saat Mara mendatangi Bodhisatva dengan bala tentara yang begitu besar, maka para dewa, seperti Maha Brahma, Sakka, Rajanaga Mahakala dan para dewa lainnya, menyingkir dari tempat itu. Bodhisatva menghadapi sendiri Mara beserta bala tentaranya dengan berlindung kepada sepuluh Paramita yang te-lah sejak lama dilatihnya.

Sepuluh Paramita itu adalah :
1.         Dana Paramita (Kesempurnaan Kerelaan Hati)
2.         Sila Paramita (Kesempurnaan Kemoralan)
3.         Nekkhama Paramita (Kesempurnaan Pelepasan Keduniawian)
4.         Panna Paramita (Kesempurnaan Kebijaksanaan)
5.         Viriya Paramita (Kesempurnaan Semangat)
6.         Khanti Paramita (Kesempurnaan Kesabaran)
7.         Sacca Paramita (Kesempurnaan Kebenaran)
8.         Adhitthana Paramita (Kesempurnaan Tekad)
9.         Metta Paramita (Kesempurnaan Cinta Kasih)
10.       pekkha Paramita (Kesempurnaan Keseimbangan Batin)

              Dengan berlindung kepada sepuluh Paramita inilah, maka semua usaha Mara beserta bala tentaranya untuk menakut-nakuti Bodhisatva, dengan hujan be
-sar yang disertai angin kencang dan halilintar yang menggelegar terus-menerus, ju-ga diikuti dengan pemandangan-pemandangan lain yang amat mengerikan ternyata gagal semua. Akhirnya Mara dengan penuh kemarahan menyambit Bodhisatva de-ngan senjatanya yang terakhir yaitu Cakkavudha 2). Tetapi senjata ini berubah menjadi payung yang amat indah, yang dengan tenang bergantung dan memayungi Bodhisatva. Bumi telah menjadi saksi, bahwa Bodhisatva Siddhartha telah lulus dari semua kesulitan dan layak untuk menjadi seorang Buddha.

Sang Bodhisatva berkata :
"Dengan melihat bala tentara pada semua sisi berbaris dengan Mara yang mengatur di atas Gajah Girimekhala. Aku maju ke depan untuk berperang, Mara tidak akan dapat mendorongKu dari posisiKu. Bala tentaramu dengan dunia beserta dewa-de
-wa tak terkalahkan. Dengan KebijaksanaanKu, Aku terus menghancurkan mereka, bagaikan Aku menghancurkan mangkok yang belum dibakar. Dengan mengawasi pikiranKu, dan dengan kesadaran yang kuat, Aku akan mengembara dari negara ke negara, sambil melatih banyak murid. Dengan rajin dan bersungguh-sungguh, dalam mempraktekkan AjaranKu, mereka tidak akan memperdulikanmu dan akan pergi ke tempat yang tidak ada lagi penderitaan."
              
Gajah Girimekhala lalu berlutut di hadapan Bodhisatva dan Mara meng-hilang, lari tunggang langgang bersama dengan bala tentaranya. Para dewa yang menyingkir ketika Mara datang menyerang, datang kembali menghampiri Bodhi-satva. Mereka semua amat bahagia dengan keberhasilan Bodhisatva Siddhartha menaklukkan Mara.
Setelah berhasil mengalahkan Mara, pertapa Gotama memperoleh Pub-bernivasanussatinana, yaitu kebijaksanaan untuk dapat melihat dengan terang ke-lahiran-kelahirannya yang dulu. Hal ini terjadi pada waktu jaga pertama, yaitu an-tara jam 18.00 – 22.00.

              Pada waktu jaga kedua, yaitu antara jam 22.00 – 02.00, pertapa Gotama memperoleh Cutupapatanaria, yaitu kebijaksanaan untuk dapat melihat dengan te
-rang kematian dan timbal lahir kembali dari makhluk-makhluk sesuai dengan tumpukan karma mereka masing-masing. Tumpukan karma yang berlainan inilah yang membuat satu makhluk berbeda dengan makhluk lain. Kemampuan ini juga dinamakan Dibbacakkunana, yaitu kebijaksanaan dari Mata Dewa.

              Pada waktu jaga ketiga, yaitu antara jam 02.00 – 04.00, pertapa Gotama memperoleh Asavakkhayanana, yaitu kebijaksanaan yang dapat menyingkirkan secara menyeluruh semua Asava (kekotoran batin yang halus sekali).

  Dengan demikian ia mengerti sebab dari semua keburukan dan juga mengerti cara untuk menghilangkannya. Dengan ini ia telah menjadi orang yang paling bijaksana dalam dunia yang dapat menjawab pertanyaan yang disampaikan kepadanya. Sekarang ia mendapat jawaban tentang cara untuk mengakhiri penderitaan, kesedihan, ketidak-bahagiaan, usia tua dan kematian. Batinnya menjadi tenang sekali dan penuh kedamaian, karena sekarang ia mengerti semua persoalan hidup dan menjadi Buddha.

Keterangan :

1. Yojana : Ukuran panjang yang digunakan di India, 1 yojana kurang lebih
     7 mil.
2. Cakkavudha : Senjata Mara yang amat sakti

Selasa, 16 April 2013

Perampok Bulanku

Keluarlah dari ilusi
Hentikan kepalsuan
Beri kami Fotonya
Jangan tunjukkan kertas hitam itu

K
alian selalu tertawa ketika ku bilang sudah punya pacar, padahal fotonya telah ku pajang di kamar, dompet, foto profil Fbku, bahkan  direktur playboy ku suruh jadikan cover majalahnya bulan ini. Akupun tak malu menunjukkan bekas cakar dan gigitan yang dia ukir saat kami bercumbu malam minggu kemarin, namun kalian semakin meledek diriku dengan mengatakan itu semua adalah bekas  bercinta dengan tikus got.
Walaupun ku seorang lelaki, kupun menangis di ujung kesabaran. Saat itu pula samurai kau ayunkan  dan kulihat dirimu membabi buta menusuk menerjang. Seketika terlihat lelaki punah karena di depannya semua menjadi banci yang mengemis minta ampun. Lalu kau menghampiriku dengan wajah yang bermandikan darah. Kemudian kau berbisik, “keluarlah dari ilusi, hentikan kepalsuan, beri mereka fotoku, jangan tunjukkan kertas hitam itu”, selalu itu yang dia ucapkan dan ada saja orang terdekatku yang mati dibunuhnya.

Å’Å’Å’
Selama ku menjadi pacarnya memang tak ada namanya malam minggu yang romantis, selalu penuh dengan darah. Memang ku pernah bercumbu dengannya itupun dalam sebuah adegan film porno (saat itu pula kunyatakan cinta padanya). Setelah itu kau berhenti menjadi pengumbar nafsu para lelaki dan memutuskan untuk menjadi pembunuh bayaran (sampai saat ini ku tak tau apa alasan sebenarnya, dia hanya tersenyum saja ketika ku tanya). Selama ini pula Kucing *^* beserta majikannya, Oo, Nd6, 7uc dan kawan ku yang lain telah menjadi korbannya tanpa daya ku mencegahnya.
Semua ini memang bermula saat dia melihatku mengantarkan <=> beberapa hari yang lalu ke tempat kerjanya. Belum sempat ku jelaskan hubunganku dengan <=>, pembunuhan berantai ini telah dimulai dan <=> adalah target utamanya. Dia mungkin bertanya pada kawanku yang lain namun mereka tak menjawab, ini dikarenakan ku memeng tak menceritakan kepada siapa-siapa hubunganku dengan <=> atas permintaan  <=> sendiri. Dan akupun tau dia pasti akan menemukan tempat persembunyian <=> dan membunuhnya  walaupun ku sembunyikan di Matahari, Himalaya, dan ujung galaksi sekalipun.

Å’Å’Å’
Hari yang aku khawatirkan itupun datang. Saat itu sebenarnya untuk pertama kalinya ku berhasil mengajaknya untuk makan malam
“Hadeh, lama banget sich bisnya?”, kata <=>. “Kamu dach nyampe mana to?”, kataku. “Tenang aja bentar lagi ku dach nyampe kok”.  kata <=>. “Ok, ku tunggu di tempat kemarin ya?”, kataku. “Zips, kamu cepat kesana! ku dach telat soalnya”,  kata <=>. “Ya, ku lagi otw”, kataku”. Beberapa menit setelah pesan terkirim, terlihat kobaran api dari arah tempat ku akan bertemu dengan <=>.
Setibanya di sana, ku tak terkejut ketika melihatnya sedang mencengkeram leher <=>. Yang membuatku tak terima adalah mengapa dia membunuh sahabatku yang kini kulitnya telah sehitam timah . Sekejap mata dia telah berada di depanku dan berbisik, “keluarlah dari ilusi, hentikan kepalsuan, beri mereka fotoku, jangan tunjukkan kertas hitam itu”,

Senin, 08 April 2013

TERATAI

Kemanapun aku pergi
Ada surga di ujung kuku kaki
Tak ada tanah yang mencengkramku ke bumi
Hanya ada riak air yang mengiringi

Jumat, 29 Maret 2013

Ladang Uang di Tanah Terlarang

             Pemandangan seperti ini banyak dijumpai di UNY terutama di lingkungan FBS. Para pedagang jajanan rakyat berjualan di beberapa lokasi strategis di kampus ungu, mulai dari Penjual bakwan kawi, siomay, bakpao, es dawet, dsb. Larangan yang dikeluarkan oleh pihak birokrasi tidak menjadi penghalang mereka untuk mencari uang di tanah terlarang.
            Salah satu pedagang tersebut adalah penjual bakwan kawi yang mangkal di depan lapanagn parkir mobil FBS, tak jauh dari PLA FBS (markas birokrat FBS). Pedagang tersebut seperti menantang secara terbuka terhadap penguasa kampus ungu. Bahkan secara tegas dia mangkal di depan papan yang bertuliskan “PEDAGANG KAKI LIMA/ASONGAN DILARANG BERJUALAN DI LINGKUNGAN FBS UNY”. Seperti mengatakan gerobak saya beroda tidak berkaki.
            Sebut saja namanya Anton, dia telah berjualan Bakwan kawi selama 2 tahun. Selama pencarian tempat mangkal, FBS merupakan tempat yang memberikan banyak keuntungan kepadanya. Pada sore hari ketika warga FBS mengalami kelaparan setelah mengikuti perkuliahan, saat itulah Anton beraksi menawarkan pengganjal perut kepada mereka. Adanya Simbiosis mutualisme antara mahasiswa dan Anton, membuatnya betah mangkal di FBS.
            Selain di depan lapangan parkir  mobil FBS, kita bisa menjumpai penjual jajanan rakyat di depan parkiram C 13 FBS dan SC UNY. Kurangnya pengawasan dari pihak birokrasi, membuat mereka bebas menjajakan dagangannya. Kampus ungu kemudian tak ubahnya Sekolah Dasar di depan GOR UNY, banyak terdapat penjual jajanan rakyat yang mangkal di depan gerbang sekolah dasar.
            Ladang uang di tanah terlarang ini juga dicangkul oleh para pengemis. Mereka berseliweran di pendopo tejo FBS UNY dan Masjid kampus Mujahidin UNY. Tak jarang mereka mengantongi uang seratus ribu perhari. Gaji mereka melebihi pegawai negeri yang bekerja di UNY sendiri. Bisa dikatan hanya dengan modal muka memelas, rupiah demi rupiah mereka dapatkan.

Nek Ijah dan Penderitaannya

-->
Kemiskinan merupakan musuh bersama. Permasalahan ini juga menjadi penjajah baru di era reformasi. Kemiskinan tidak mengenal tempat dan waktu, semua orang mempunyai kemungkinan menjadi miskin. Hari ini si A bisa dikatakan kaya, tidak ada jaminan besok atau nanti malam dia masih kaya.
Seorang nenek di suatu desapun tidak luput dari jeratan kemiskinan. Nenek yang hidup sebatangkara ini harus menghidupi dirinya sendiri. Dia harus menjual kayu bakar yang dikumpulkannya dari hutan belantara. Dengan penghasilan yang pas-pasan, tak jarang dia harus makan nasi aking atau ketela rebus untuk mengganjal perutnya. Bahkan tidak makan selama 2 hari sudah menjadi hal biasa.
Namanya Nek Ijah. Di usianya yang ke 74 tahun, dia harus bekerja keras demi menyambung hidupnya. Sebelum matahari terbit, dia sudah bersiap-siap mencari kayu bakar. Dengan modal selendang lusuh dan sisa-sisa tenaga mudanya, Nek Ijah menapaki hari yang menggerus tulang-tulangnya yang kropos.
Tempat tinggalnya yang jauh dari sumber air, menambah derita Nek Ijah. Setiap harinya dia berjalan kaki sejauh 3 km hanya untuk mengambil 2 ember air. Bersama dengan masyarakat disekitarnya, dia mengantri berjam-jam. Jika dia tersandung dan airnya tumpah di tengah perjalanan, terpaksa dia harus mengantri mengambil air lagi.
Ketika penyakit TBCnya kambuh, terpaksa tubuhnya harus direbahkan di atas tempat tidur beralaskan tikar. Seharian dia hanya mendekam di rumah sederhana berdinding papan berlubang dan atap yang bocor. Beruntung tetangga sekitarnya sering memberikan bantuan berupa makanan dan uang seadanya. Pernah tetangganya mau membawa Nek Ijah ke Rumah Sakit, namun dia selalu menolak karena takut merepotkan.
 Penyakit ini sebenarnya sudah dia derita sejak lama, namun biaya pengobatan yang tidak bisa dijangkau membuatnya pasrah. Waktu penyakitnya kambuh, air putih saja yang bisa dia minum untuk menahan rasa sakit.  Penderitaan yang bertubi-tubi ini tidak membuat Nek Ijah lupa kepada Tuhannya. Dia selalu Sholat tepat waktu dan berdoa agar mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
            Ketabahan hidup seorang Nek Ijah seperti tidak pernah pudar. Walaupun cobaan silih berganti datang menimpa, rasa sabar dan keyakinan mampu melampui menjadi penguat hidupnyua. Bisa dikatakan aku masih bisa bernafas hari ini saja merupakan anugerah yang luar biasa yang diberikan oleh Tuhan.
            Masih banyak Nek Ijah-Nek Ijah lain di luar sana. Nek Ijah yang mengarungi kerasnya hidup dengan bermodal kesabaran. Kemiskinan bukan penghalang untuk berpikir positif. Kemiskinan hanyalah cobaan dan anugerah yang patut disyukuri.