Selasa, 16 April 2013

Perampok Bulanku

Keluarlah dari ilusi
Hentikan kepalsuan
Beri kami Fotonya
Jangan tunjukkan kertas hitam itu

K
alian selalu tertawa ketika ku bilang sudah punya pacar, padahal fotonya telah ku pajang di kamar, dompet, foto profil Fbku, bahkan  direktur playboy ku suruh jadikan cover majalahnya bulan ini. Akupun tak malu menunjukkan bekas cakar dan gigitan yang dia ukir saat kami bercumbu malam minggu kemarin, namun kalian semakin meledek diriku dengan mengatakan itu semua adalah bekas  bercinta dengan tikus got.
Walaupun ku seorang lelaki, kupun menangis di ujung kesabaran. Saat itu pula samurai kau ayunkan  dan kulihat dirimu membabi buta menusuk menerjang. Seketika terlihat lelaki punah karena di depannya semua menjadi banci yang mengemis minta ampun. Lalu kau menghampiriku dengan wajah yang bermandikan darah. Kemudian kau berbisik, “keluarlah dari ilusi, hentikan kepalsuan, beri mereka fotoku, jangan tunjukkan kertas hitam itu”, selalu itu yang dia ucapkan dan ada saja orang terdekatku yang mati dibunuhnya.

ŒŒŒ
Selama ku menjadi pacarnya memang tak ada namanya malam minggu yang romantis, selalu penuh dengan darah. Memang ku pernah bercumbu dengannya itupun dalam sebuah adegan film porno (saat itu pula kunyatakan cinta padanya). Setelah itu kau berhenti menjadi pengumbar nafsu para lelaki dan memutuskan untuk menjadi pembunuh bayaran (sampai saat ini ku tak tau apa alasan sebenarnya, dia hanya tersenyum saja ketika ku tanya). Selama ini pula Kucing *^* beserta majikannya, Oo, Nd6, 7uc dan kawan ku yang lain telah menjadi korbannya tanpa daya ku mencegahnya.
Semua ini memang bermula saat dia melihatku mengantarkan <=> beberapa hari yang lalu ke tempat kerjanya. Belum sempat ku jelaskan hubunganku dengan <=>, pembunuhan berantai ini telah dimulai dan <=> adalah target utamanya. Dia mungkin bertanya pada kawanku yang lain namun mereka tak menjawab, ini dikarenakan ku memeng tak menceritakan kepada siapa-siapa hubunganku dengan <=> atas permintaan  <=> sendiri. Dan akupun tau dia pasti akan menemukan tempat persembunyian <=> dan membunuhnya  walaupun ku sembunyikan di Matahari, Himalaya, dan ujung galaksi sekalipun.

ŒŒŒ
Hari yang aku khawatirkan itupun datang. Saat itu sebenarnya untuk pertama kalinya ku berhasil mengajaknya untuk makan malam
“Hadeh, lama banget sich bisnya?”, kata <=>. “Kamu dach nyampe mana to?”, kataku. “Tenang aja bentar lagi ku dach nyampe kok”.  kata <=>. “Ok, ku tunggu di tempat kemarin ya?”, kataku. “Zips, kamu cepat kesana! ku dach telat soalnya”,  kata <=>. “Ya, ku lagi otw”, kataku”. Beberapa menit setelah pesan terkirim, terlihat kobaran api dari arah tempat ku akan bertemu dengan <=>.
Setibanya di sana, ku tak terkejut ketika melihatnya sedang mencengkeram leher <=>. Yang membuatku tak terima adalah mengapa dia membunuh sahabatku yang kini kulitnya telah sehitam timah . Sekejap mata dia telah berada di depanku dan berbisik, “keluarlah dari ilusi, hentikan kepalsuan, beri mereka fotoku, jangan tunjukkan kertas hitam itu”,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar