Keluarlah dari ilusi
Hentikan kepalsuan
Beri kami Fotonya
Jangan tunjukkan kertas hitam itu
K
|
alian selalu tertawa ketika
ku bilang sudah punya pacar, padahal fotonya telah ku pajang di kamar, dompet, foto
profil Fbku, bahkan direktur playboy ku
suruh jadikan cover majalahnya bulan ini. Akupun tak malu menunjukkan bekas
cakar dan gigitan yang dia ukir saat kami bercumbu malam minggu kemarin, namun
kalian semakin meledek diriku dengan mengatakan itu semua adalah bekas bercinta dengan tikus got.
Walaupun
ku seorang lelaki, kupun menangis di ujung kesabaran. Saat itu pula samurai kau
ayunkan dan kulihat dirimu membabi buta
menusuk menerjang. Seketika terlihat lelaki punah karena di depannya semua
menjadi banci yang mengemis minta ampun. Lalu kau menghampiriku dengan wajah
yang bermandikan darah. Kemudian kau berbisik, “keluarlah dari ilusi, hentikan
kepalsuan, beri mereka fotoku, jangan tunjukkan kertas hitam itu”, selalu itu
yang dia ucapkan dan ada saja orang terdekatku yang mati dibunuhnya.
ŒŒŒ
Selama ku
menjadi pacarnya memang tak ada namanya malam minggu yang romantis, selalu
penuh dengan darah. Memang ku pernah bercumbu dengannya itupun dalam sebuah
adegan film porno (saat itu pula kunyatakan cinta padanya). Setelah itu kau
berhenti menjadi pengumbar nafsu para lelaki dan memutuskan untuk menjadi pembunuh
bayaran (sampai saat ini ku tak tau apa alasan sebenarnya, dia hanya tersenyum
saja ketika ku tanya). Selama ini pula Kucing *^* beserta majikannya, Oo, Nd6,
7uc dan kawan ku yang lain telah menjadi korbannya tanpa daya ku mencegahnya.
Semua ini
memang bermula saat dia melihatku mengantarkan <=> beberapa hari yang
lalu ke tempat kerjanya. Belum sempat ku jelaskan hubunganku dengan <=>, pembunuhan
berantai ini telah dimulai dan <=> adalah target utamanya. Dia mungkin
bertanya pada kawanku yang lain namun mereka tak menjawab, ini dikarenakan ku
memeng tak menceritakan kepada siapa-siapa hubunganku dengan <=> atas
permintaan <=> sendiri. Dan akupun
tau dia pasti akan menemukan tempat persembunyian <=> dan
membunuhnya walaupun ku sembunyikan di
Matahari, Himalaya, dan ujung galaksi sekalipun.
ŒŒŒ
Hari yang
aku khawatirkan itupun datang. Saat itu sebenarnya untuk pertama kalinya ku
berhasil mengajaknya untuk makan malam
“Hadeh,
lama banget sich bisnya?”, kata <=>. “Kamu dach nyampe mana to?”, kataku.
“Tenang aja bentar lagi ku dach nyampe kok”.
kata <=>. “Ok, ku tunggu di tempat kemarin ya?”, kataku. “Zips,
kamu cepat kesana! ku dach telat soalnya”,
kata <=>. “Ya, ku lagi otw”, kataku”. Beberapa menit setelah pesan
terkirim, terlihat kobaran api dari arah tempat ku akan bertemu dengan
<=>.
Setibanya
di sana, ku tak terkejut ketika melihatnya sedang mencengkeram leher <=>.
Yang membuatku tak terima adalah mengapa dia membunuh sahabatku yang kini
kulitnya telah sehitam timah . Sekejap mata dia telah berada di depanku dan
berbisik, “keluarlah dari ilusi, hentikan kepalsuan, beri mereka fotoku, jangan
tunjukkan kertas hitam itu”,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar