Kemiskinan
merupakan musuh bersama. Permasalahan ini juga menjadi penjajah baru di era
reformasi. Kemiskinan tidak mengenal tempat dan waktu, semua orang mempunyai
kemungkinan menjadi miskin. Hari ini si A bisa dikatakan kaya, tidak ada
jaminan besok atau nanti malam dia masih kaya.
Seorang nenek di
suatu desapun tidak luput dari jeratan kemiskinan. Nenek yang hidup
sebatangkara ini harus menghidupi dirinya sendiri. Dia harus menjual kayu bakar
yang dikumpulkannya dari hutan belantara. Dengan penghasilan yang pas-pasan,
tak jarang dia harus makan nasi aking atau ketela rebus untuk mengganjal
perutnya. Bahkan tidak makan selama 2 hari sudah menjadi hal biasa.
Namanya Nek Ijah. Di usianya yang ke 74 tahun, dia harus bekerja keras demi
menyambung hidupnya. Sebelum matahari terbit, dia sudah bersiap-siap mencari
kayu bakar. Dengan modal selendang lusuh dan sisa-sisa tenaga mudanya, Nek Ijah
menapaki hari yang menggerus tulang-tulangnya yang kropos.
Tempat tinggalnya
yang jauh dari sumber air, menambah derita Nek Ijah. Setiap harinya dia
berjalan kaki sejauh 3 km hanya untuk mengambil 2 ember air. Bersama dengan
masyarakat disekitarnya, dia mengantri berjam-jam. Jika dia tersandung dan
airnya tumpah di tengah perjalanan, terpaksa dia harus mengantri mengambil air
lagi.
Ketika penyakit
TBCnya kambuh, terpaksa tubuhnya harus direbahkan di atas tempat tidur
beralaskan tikar. Seharian dia hanya mendekam di rumah sederhana berdinding
papan berlubang dan atap yang bocor. Beruntung tetangga sekitarnya sering
memberikan bantuan berupa makanan dan uang seadanya. Pernah tetangganya mau membawa
Nek Ijah ke Rumah Sakit, namun dia selalu menolak karena takut merepotkan.
Ketabahan
hidup seorang Nek Ijah seperti tidak pernah pudar. Walaupun cobaan silih
berganti datang menimpa, rasa sabar dan keyakinan mampu melampui menjadi
penguat hidupnyua. Bisa dikatakan aku masih bisa bernafas hari ini saja
merupakan anugerah yang luar biasa yang diberikan oleh Tuhan.
Masih
banyak Nek Ijah-Nek Ijah lain di luar sana. Nek Ijah yang mengarungi kerasnya
hidup dengan bermodal kesabaran. Kemiskinan bukan penghalang untuk berpikir
positif. Kemiskinan hanyalah cobaan dan anugerah yang patut disyukuri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar