sepoi angin dalam bingkai kaca
menerobosi pori dinding yang tersemai rinai
yang dingin...
yang bergeming...
t’lah hilang bergurat puing
sehingga tertuang di retina bersama angin
sehingga menguap melukis jejak
dan melinang biasan pandang
garis-garis kemarin
tertinggal dalam bingkai kaca
guratannya sirna
dalam dekapan cahaya
sehingga berbinar air, yang
mengaburkan asa dalam mozaiknya
harapnya merapati bingkai berbening
mengaburkan pandang bersapu air.
dalam pagutan aingin bisikannya cemas
dalam temaram bayang tubuhnya terhempas
yang terlihat hanya bayang gerhana mirna
atau mungkin hanya bayang pandang ilusi mata
nada lingkar biasnya merasuk relung gulana
bisikkan lembutnya membawa kabar asa
:mungkin dia kembali menghampiri
:mungkin dia akan tetap sepi
tapi kan slalu tetap dinanti
di balik jendela setelah hujan reda
menerobosi pori dinding yang tersemai rinai
yang dingin...
yang bergeming...
t’lah hilang bergurat puing
sehingga tertuang di retina bersama angin
sehingga menguap melukis jejak
dan melinang biasan pandang
garis-garis kemarin
tertinggal dalam bingkai kaca
guratannya sirna
dalam dekapan cahaya
sehingga berbinar air, yang
mengaburkan asa dalam mozaiknya
harapnya merapati bingkai berbening
mengaburkan pandang bersapu air.
dalam pagutan aingin bisikannya cemas
dalam temaram bayang tubuhnya terhempas
yang terlihat hanya bayang gerhana mirna
atau mungkin hanya bayang pandang ilusi mata
nada lingkar biasnya merasuk relung gulana
bisikkan lembutnya membawa kabar asa
:mungkin dia kembali menghampiri
:mungkin dia akan tetap sepi
tapi kan slalu tetap dinanti
di balik jendela setelah hujan reda
Tidak ada komentar:
Posting Komentar