Seberkas lengkungan cahaya merah di langit bagian barat. Matahari
mulai menghapus jejak jejak yang terekam olehnya hari ini. Membiaskan
senja yang begitu indah. Kemudian dipantulkan oleh air laut yang nyata
nyata ikut menikmati goresan cahaya matahari sore itu bersamaku.
Sementara
itu dari sebelah timur terlihat gunung gunung berbaris ikut pula
menikmati keindahan suasana pantai sore itu. Dari penjuru penjuru
pesisir terasa angin kesejukan berhembus menembus ke tulangku.Desir
pasir pantai mencekram erat jari jari kakiku seolah menyuruhku untuk
tetap berada di sini. Waktu telah menunjukan pukul 17.00 WIB di
arlojiku. Entah berapa lama aku berada di sini menikmati lukisan alam
yang diciptakan oleh-Nya, dengan ditemani benda usang yang begitu
berarti bagiku sekarang.Benda yang akan menjadi saksi perjalanan cerita
kasihku bersama seseorang.
"Subhanaullah, betapa indahnya yang telah Engkau lukiskan ya Allah."
Dalam
termenungan itu aku mulai mengingat sejatinya apa yang telah membawa
hatiku yang sedang bersenandung dalam kesedihan hingga berada di sini.
Mengagumi karya yang begitu indah yang telah Kau ciptakan.
***
Pagi
itu seperti biasa matahari pagi masih setia menyapaku. Sebelum ia
menampakan dirinya aku bangun hendak menunaikan kewajibanku sebagai
seorang muslim. Air segar aku basuhkan ke mukaku mengalir menghapus
mimpi mimpi yang kualami selama tidurku semalam. Setelah aku berwudhu
lantas aku segera menjalankan kewajibanku yaitu shembayang subuh.
Kemudian Berdoa agar yang ku jalani hari ini lancar dan mendapat ridho
dari-Nya.
Setelah melaksanakan tugasku sebagai seorang muslim dan kemudian mandi membersikan badanku dari bau bau tak sedap pagi ini.
Aku
melihat Ibuku sudah siap dengan masakanya pagi itu. Nampaknya dia
bangun lebih awal dariku dan menyiapkan sarapan yang selalu aku nikmati
setiap pagi. Nasi hangat terlihat mengepul di atas bakul , telur ayam
melihatkan senyumnya tak tega aku untuk memakanya. Sesegera ku
selesaikan urusanku pagi itu.
Aku berpamitan pada ibundaku lantas menuju tempatku menimba ilmu.
"Assalmmu'alikum." aku cium tangan kananya dengan rasa hormat.
Ibu
membalas salamku dengan wajah mengembang. Kemudian sesegera aku
berangkat sekolah pagi itu. Udara pagi kota Jogja yang mulai tak segar
untuk dirasakan, karena asap asap tak bertanggungjawab keluar begitu
saja dari lubang kendaraan menemani perjalananku bersama hiruk pikuk
lalu lintas jalanan kota tercintaku.
***
Sesampai
di sekolah setelah memarkirkan kendaraanku. Aku menuju ruang kelas yang
sejak tiga tahun selalu ku huni bersama teman temanku. Jam pertama pagi
ini adalah Matematika , pelajaran yang menyegarkan di pagi hari. Ku
lihat di depan pintu Adinda gelisah seperti menunggu seseorang. Benar
saja ternyata dia sengaja di sana untuk menungguku. Kemudian ia
menyapaku dan menghentikan langkah langkah kakiku.
Tapi tak seperti biasanya kekasihku ini nampak beda hari ini.
"Nam, siang ini sepulang sekolah aku ingin bicara padamu !"
"Kenapa tak sekarang aj Nda ?" tanyaku sambil menatapnya , tapi dia langsung menghindari tatapanku dengan sengaja.
Kemudian
ia berjalan menuju tempat duduknya di salah satu sudut kelas. Aku pun
lantas duduk karna ku lihat guruku sudah datang hendak mulai pelajaran
hari ini. Hati dan perasaan ini tak tenang memikiran ucapan dan sikap
kekasihku yang tak seperti biasanya. Pikiranku tak bisa fokus
memperhatikan pelajaran, ku lihat Adinda dari tempat duduku. Semakin
lama ku perhatikan dia semua anggota tubuhku ini tak kuasa lagi
memikirkan sikapnya tadi.
***
Detik berdetak berganti menit. Kemudian menit demi menit terus
berjalan. Pelajaran hari ini tak ada yang masuk ke otaku yang ada hanya
pikiran tentang sikap Adinda tadi pagi yang membuat semua anggota
badanku gelisah.Jam sekolah telah berakhir matahari mulai condong ke
arah barat. Teman teman mengajaku pulang namun aku menolak ajakan
mereka. Aku duduk di sebelah Adinda kemudian aku rapatkan kursiku lebih
dekat dengannya.
Kelas sudah sepi saat Adinda mulai pembicaraanya.
"Nam, aku minta maaf padamu hubungan kita harus berakhir di sini." kata Adinda seraya mengusap eluh yang menetes di pipinya.
Kalimat
yang diucapkanya itu terasa asing di hatiku. Semua yang tertempel di
dinding kelas nampak olehku berjatuhan satu demi satu, tatkala ku dengar
kalimatnya tadi.
"Kamu bilang apa ?"
"Maaf Nam !"
"Tapi apa alasanya, Nda ?"
Air mata yang sejak tadi terbendung oleh kantung hati dan tersumbat oleh perasa tegar mulai mengalir di wajahku.
"Aku
mau meninggalkan Jogja Nam, aku tak ingin menyakiti hatimu Nam tak
mungkin juga kita berpacaran dengan jarak jauh karena sesunggnya itu
hanya akan membawa kecurigaan diantara kita. Aku masih sayang kamu Nam,
tapi apalah diriku jika rasa sayang itu tanpa ada kehadirimu disisiku
kelak saat aku telah pergi. "
"Mengapa kau mau meninggalkan Jogja ? "
" Aku tak bisa menjawab pertanyaanmu itu Nam, tapi berjalanya waktu kau akan tahu" kata Adinda seraya membendung air matanya.
"Sesungguhnya
aku tak ingin meninggalkan Jogja meninggalkan kenangan indah bersanamu
selama ini tapi apa lah dayaku hanya seorang anak angkat yang mencoba
patuh kepada orang tua angkatku yang telah memberiku penghidupan,
memberikan kasih sayangnya padaku selama ini bahkan melebihi orang tua
kandungku." Sambung Adinda.
Telinga ini tak sanggup untuk terus mendengarkanya.
" Aku sayang kamu Nda, mengapa kau tega melakukan ini padaku Nda ? " kataku.
"
Sudah Nam,aku tak ingin melihat dirimu semakin sedih hanya karena
diriku, trimakasih atas semua yang pernah kau berikan padaku selama ini "
Adinda berkata terakhir kalinya padaku, seraya memberikan kecupan di keningku lalu pergi meninggalkanku sendirian.
Perasaan
ini hancur, hati ini menangis. Tembok tembok seolah semakin menghimpit
dadaku. Hubungan yang sejak kelas satu aku jalani bersama pujan hatiku
kandas sepihak begitu saja tanpa sebab yang tak ku mengerti.
***
Suara
dering pesan di telepon genggamku menyadarkan senjaku di pantai.
Kulihat pesan dari ibundaku menanyakan keberadaanku,mungkin ia gelisah
mencari anak lelaki semata wayangnya ini.
Kemudian kupandangi benda usang , gelang tangan pemberian Adinda kuingat kembali kenangan bersamanya.
Goresan
senja matahari kian lama kian menghilang ditutupi oleh tirai malam yang
mulai terpasang. Kemudian diterangi oleh cahaya bulan yang terpantul ke
luasnya samudra hindia yang menyilaukan mata ini. Tak kusangka cerita
cintaku ini telah membawa diriku di pantai merenungi makna di balik
perpisahan kisah kasihku bersama Adinda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar