assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarokatuh
Bismillahirrahmanirrahim…
Setiap
hari kulewati seperti biasanya. Tanpa pernah merasa kekurangan.
Kekurangan hal yang sebenarnya kubutuhkan. Tanpa pernah merasa bahwa aku
membutuhkan sesuatu. Sesuatu yang dapat menimbulkan perubahan.
Perubahan hebat dalam diriku. Aku tak pernah sadar bahwa selama ini aku
terlalu terlena dalam buaian kebiasaan, kebiasaan yang sebenarnya
banyak menjerumuskan. Bermalas-malasan, tidak pernah merasa kekosongan,
tidak mempunyai perencanaan, dan semua kebiasaan yang tak pernah ada
perubahan.
Saat aku terbangun di pagi hari karena lantunan
adzan Shubuh, seringkalinya diriku menanti-nanti panggilan cinta-Nya
padaku. Tak jarang aku mengakhirkan waktu bercinta dengan-Nya yang
hanya sebentar itu. Hingga ku lakukan dua raka’at yang berharga untuk
memulai hariku itu bersamaan dengan munculnya sinar sang surya dari
arah timur. Aku tak pernah sadar bahwa bagaimana aku akan menjalani
hari penuh berkah bila aku telah mengawalinya dengan sebuah dosa besar.
Saat
sepertiga malam yang seharusnya menjadi amalan sunnah yang sering
kulakukan, tak jarang aku malah asyik merajut mimpi-mimpi. Padahal Dia
dengan setianya menantiku untuk mendengarkan segala peluh dan pintaku.
Aku tak pernah sadar bahwa sebaik-baik waktuku untuk memunajatkan doa
pada-Nya adalah saat sepertiga malam itu. Waktu yang hanya ada aku dan
Dia saja.
Saat aku akan memulai aktivitasku di pagi hari,
tak jarang aku meninggalkan raga ini bergerak sebelum menghirup sarapan
jiwa dari nikmatnya sholat Dhuha. Sarapan pagi bagi jasad ini lebih
aku pentingkan dengan alasan perlunya kalori yang cukup banyak untuk
menjalani aktivitasku yang memang cukup padat itu. Aku tak pernah sadar
bahwa ternyata jiwaku membutuhkan santapan rohani berkalori tinggi
untuk metabolisme pemikiran dan perasaanku. Sebelum aku pergi untuk
beraktivitas, seringkali aku tak sempat meluangkan waktu membaca
Al-matsurat pagi yang hanya sebentar itu. Update status dan melihat
notification di facebook lebih aku pentingkan daripada hal itu. Padahal
waktu yang kubuang tidaklah sedikit untuk melakukannya, bahkan hampir
di setiap waktu luangku. Aku tak pernah sadar bahwa doa yang dianjurkan
Rasulullah itu merupakan pelindung bagiku menjalani hari-hari yang
mungkin akan terasa berat untukku.
Ketika mentari
menunjukkan keangkuhannya dengan berada di puncak kepala, tak jarang
aku mengakhirkan waktu panggilan Dzuhur. Dengan alasan menyelesaikan
pekerjaan yang tanggung tinggal sedikit lagi itu, aku mengakhirkan
waktu bercinta dengan-Nya lagi. Jangankan untuk sunnah qobla dan ba’da
dzuhur, berdoa pun begitu seperlunya saja kulakukan, karena ternyata
sebentar lagi adzan Ashar berkumandang. Aku tak pernah sadar bahwa Dia
telah mem-plot waktu untuk bercinta dengan-Nya dengan begitu baiknya.
Saat
adzan Maghrib berkumandang tak jarang juga aku mengakhirkan waktu
bercinta dengan-Nya untuk menutup hari itu. Sering kali aku bergegas
melakukannya dengan secepat kilat karena perutku yang keroncongan lebih
penting bagiku. Aku tak pernah sadar bahwa di antara waktu Maghrib dan
Isya yang begitu singkat itu sebaiknya aku menikmati lantunan dzikir
dan tilawahku, yang sangat jarang kulakukan itu.
Ketika
adzan Isya berkumandang, sering kali aku merasa tanggung untuk
meninggalkan tontonan televisi dan canda tawa bersama teman-teman.
Bahkan pada saat-saat itu sebenarnya bisa aku pergunakan untuk mendengar
radio Islami, membaca buku Islami, atau bahkan menulis tulisan hikmah
yang bermanfaat bagi saudara muslimku. Aku tak pernah sadar bahwa
begitu banyak waktu yang telah kusia-siakan selama ini, hingga selalu
saja mengharapkan manfaat adanya orang lain untuk diriku, tanpa pernah
mengevaluasi apa manfaat diriku untuk orang lain.
Waktu
tidur pun telah tiba. Rasa ngantuk yang menjalari mataku berbaur dengan
otakku yang mulai kelelahan karena beraktivitas seharian. Aku langsung
merebahkan tubuhku ke tempat tidur. Aku biarkan tubuhku terlelap tanpa
disucikan terlebih dahulu dengan air wudhu. Jangankan untuk itu, tak
jarang aku lupa membaca doa sebelum tidur, apalagi kalau harus membaca
beberapa surat-surat pendek Al-Qur’an terlebih dahulu. Aku tak pernah
sadar bahwa tak ada yang dapat menjamin bahwa aku dapat bangun kembali
esok hari.
Setelah itu terjadi, barulah aku sadar bahwa
waktuku ternyata tidaklah banyak. Malaikat izrail tengah bersiap kapan
saja dan dimana saja untuk mengambil nyawaku, bila waktuku telah tiba.
Aku tak mau baru saat itu aku tersadar bahwa aku telah banyak menabung
dosa untuk akhiratku. Aku tak mau saat itu aku mendengar bahwa aku
telah terlambat untuk menebus semua dosa-dosaku. Aku tak mau baru saat
itu aku tersadar bahwa amalanku tidaklah cukup untuk membuatku
berbangga menghadap Rabb-ku.
Rabb… Aku sering tak tahu diri Aku sering tak tahu malu Aku malu pada-Mu
Rabb… Aku sering keliru Aku sering terlupa Aku melupakan-Mu
Rabb… Hidayah-Mu adalah penerangku Mahabbah-Mu adalah kesetiaanku Izzah-Mu adalah kekuatanku
Rabb… Jangan pernah berpaling dariku
wassalamu'alaikum warrahmatullahi wabarokatuh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar