My
Story
Suara tangis
bayi tiba-tiba memecah ketegangan di suatu sore pada hari Selasa Kliwon, 28
September 1993 pukul 16:00. Saat itulah pertama kali aku melihat dunia yang
akan kuarungi. Seorang wanita bernama Kulsum Dwi Yanti yang tergolek lemas di
tempat tidur kemudian memberikan ASI (Air Suci Ibu) kepada bayi mungil yang
mempunyai kulit seputih susu itu. Diyono sang suami wanita itu sibuk di ruang
tamu beralaskan tanah yang ditutup tikar untuk sementara. Kemudian datang anak
laki-laki yang berusia sekitar 5 tahun bernama Arif Seno Wibowo mendekati
ibunya. “Adikku putih, aku kok ireng ma?”, protes anak kecil itu.
Nama yang
disematkan kepadaku adalah Kholid Khoirul Fahmi. Nama ini adalah pemberian
kakekku dari pihak ibu. Sebenarnya sampai sekarang aku belum tau pasti makna
dari nama tersebut. Setauku nama tersebut terdiri dari 3 kata yaitu Kholid,
Khoirul, dan fahmi. Jika memaknai sepengetahuanku dapat dijabarkan seperti
berikut: 1) Kholid adalah nama panglima perang islam yaitu Kholid bin Walid,
aku diharapkan menjadi panglima dan pemimpin yang gagah berani seperti beliau.
2) Khoirul, aku sndiri beranggapan bahwa nama itu diambil dari nama pengarang
legendaries Indonesia Chairil Anwar, diharapkan aku menjadi sosok sastrawan
yang menggugah kegelapan di masyarakat. 3) Fahmi berasal dari kata faham yang
berarti ilmu, diharapkan aku menjadi manusia yang faham, berilmu dan cerdas.
Kesimpulan dari namaku adalah namanya bagus.
6 tahun
berlalu, bayi itu sudah menjelma menjadi seorang anak yang pendiam namun menghanyutkan.
Kulit putih susunyapun kini mulai memudar oleh polusi dunia dan krisis moneter
yang bertepatan dengan tahun pertama dia sekolah di SD N 2 Tening. Kini
giliranku mengatakkan “kok cewe, gk iso nggawe geng ki” disaat Istiqomah Rifkha
Aghni lahir. Guru pertama yang aku temui bernama ibu Mamik (bukan Mamik
Srimulat). Beliaulah yang sering membela kami ketika aku dan kakakku melakukan
kenakalan dan kejahilan yang meresahkan siswa dan guru.
Disaat
kakakku lulus dari SD pelosok yang WCnya tidak ada air kecuali WC guru, terjadi
perubahan luar biasa. Aku merasa sangat kehilangan dan kesepian. Kakakku
memutuskan untuk sekolah di kota dan ngekos sehingga tidak ada orang yang
melindungi aku dari manusia yang memiliki jiwa pendendam. Di waktu yang
bersamaan aku mulai menjadi manusia gua yang hanya belajar dan tak pernah
keluar rumah kecuali ke rumah simbah yang berjarak sekitar 100 meter. Kulitku
semakin hitam karena jarang terkena sinar matahari dan penyakit turunan dari
bapakku sedikit demi sedikit mulai menggrogoti dada.
Memasuki
Jenjang SMP, aku menemukan jiwa liarku kembali. Belajar menjadi makanan basi
dan digantikan oleh mbolos, PSan, tawuran, dll. Hukuman menjadi sarapan yang
mengenyangkan bersama geng Stel Kendo SMP N 1 Candiroto. Walaupun aku masuk
geng, aku selalu masuk kelas unggulan dari kelas 1 sampai kelas 3 dan 5 besar
di kelas. Kondisi kritis sempat terjadi ketika penyakit itu muncul dan
membekaskan bercak hitam yang lebar didada. Seketika aku insaf dan meninggalkan
Djarum Super, teman setia di saat nongkrong di WC, entah mengapa WC menjadi
daya tarik tersendiri untuk siswa bermasalah.
SMA menjadi
masa yang paling gelap, penyakitku semakin menjadi, mataku kini menjadi korban
berikutnya. Pernah aku hampir buta karena suatu kecelakaan yang masih terngiang
di otakku, tabrakan antara black shadow
(panggilan untuk motor GL Pro 94 yang selalu menemaniku) dengan Truk bermuatan
pasir di pertigaan parakan beberapa hari menjelang Ujian Akhir Nasional. Sampai
saaat ini jari-jari tangan dan punggung kiriku sering tidak bisa digerakkan
karena otot yang menjadi kaku karena jarang atau sering digunakan.
Hanya ada 2
nama yang masih kuingat ketika SMA dan nama yang lain hilang begitu saja
seiring berjalannya waktu. Hal ini dikarenakanmereka tidak menginginkan diriku
dan aku juga tidak menginginkan mereka, kami hanya berteman karena terpaksa. 2
Siswa SMA N 1 Parakan itu bernama Ayup Alam Pribadi dan Renata Widyawati. Ayup
adalh musuh bebuyutanku selama 3 tahun. Bertolak belakang dari Ayup, Renata
adalah orang yang selalu mendukungku, mengajarkanku Bahasa Perancis dan Orang
yang mengantarkan aku ke sebuah toko buku yang menampung karya sastra dari
siswa dan mahasiswa. Hal ini pulalah yang mengantarkan aku ke Universitas
Negeri Yogyakarta jurusan pendidikan bahasa dan Sastra Indonesia.
UNY adalah
nama asing bagiku sebelumnya, tidak pernah aku mengetahui nama dan letak dari
Universitas tersebut. Dari penyuluhan yang dilakukan oleh alumni SMA N 1
Parakan akan mengorek banyak informasi tentang Universitas Negeri Yogyakarta
ini. Perlu diketahui alasan kuat mengapa aku sendiri masuk UNY tidak melihat
ada tidaknya jurusa Bahasa Indonesi namun karena terdapat UKM Catur didalamnya.
Dari umur 6 tahun permainan papan hitam dan putih ini menjadi makanan
sehari-hari dikala hanya ada sego tutul uyah (nasi hangat yang ditutul atau
ditaburi garam yang berbentuk kotak-kotak) yang disediakan oleh ibuku. Bapak
adalah lawan yang dari dulu ingin kukalahkan.
Berbekal
tekad dan restu dari orang tua terutama ibu yang mempunyai cita-cita tak
tersampaikan menjadi guru Bahasa Indonesia. Ada harapan untuk mengubah duniaku
yang suram di masa lalu dan mengembangkan bakat dan minatku. Setelah OSPEK
langsung saja aku mendaftar UKM Catur UNY. Sampai swekarang aku masih aktif
disana dan menjadi Kepala Bidang HUMINFO, melenceng dari tujuan awal mengasah
kemampuan namun terjebak dalam keorganisasian.
Tak jauh
beda dengan posisiku di UKM catur UNY, aku juga terjebak di dalam
keorganisasian di organisasiku yang lain. Di KREATIVA aku menjadi Staf Litbang
dan Jaringan dan UKMF Al-Huda aku menjadi Staf Ahli BMW. Hanya di KSB inilah aku mengasah kemampuan
dramaku melalui Theater Semar Gugat. Akibat dari banyaknya organisasi yang aku
ikuti tentu berakibat fatal terhadap kuliahku yang terbengkalai apalagi aku
menyadari bahwa manajemen waktuku hancur.
Begitulah
Sekelumit Kisah perjalanan hidupku dari lahir hingga sekarang. Bukanlah hal
yang bisa ditiru dan menjadi referensi dalam mengarungi dunia ini yang keras
dan penuh persaingan. Hari ini aku masih mencoba untuk berproses dan menemukan
jati diriku yang sebenarnya. Sangatlah terlambat jika ini kulakukan sekarang
namun lebih baik jika tidak aku lakukan sama sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar